Peluang Investasi Di Kabupaten Tangerang

A. Tangerang Exhibition Center

Kabupaten Tangerang bercita-cita ingin memperkuat basis perekonomian berada di tangan rakyat. Salah satu upaya untuk meweujudkan keinginan tersebut adalah dengan membangun pusat pameran hasil industri (exhibition center) terutama untuk hasil industri kecil dan hasil kerajinan rakyat.

Tangerang Exhibition Center adalah pusat perdagangan dan bisnis di Tangerang yang dapat berfungsi sebagai lokasi bussines meeting, ruang pamer, ruang pertemuan, ruang pesta, ruang perkantoran, dan lain-lain. Tempat ini nantinya diharapkan dapat menjadi tempat pertemuan transaksi perdagangan antara produsen dan eksportir.

Tangerang exhibition center memiliki potensi pasar yang luas meliputi seluruh industri kecil dan kerajinan rakyat yang ada di Kabupaten Tangerang dan Propinsi Banten maupun DKI Jakarta. Hal itu didukung oleh keberadaan lokasi yang dilengkapi dengan mall, plaza dan pusat perdagangan lain.

B. Sub Terminal Agro Balaraja

Sub terminal Agrobisnis adalah tempat berlangsungnya transaksi jual beli hasil pertanian (tanaman pangan, holtikultura, peternakan maupun perikanan), sumber informasi, promosi, pembinaan mutu, dan tempat musyawarah pelaku agribisnis di sentra produsen. Dengan demikian proses sortasi, grading dan packing dilakukan di sub terminal agrobisnis.

Sub terminal agro dipilih berada di Kabupaten Tangerang, karena daerah ini sebagai pintu gerbang atau pintu masuk menuju DKI Jakarta. Diharapkan komoditas yang masuk ke DKI Jakarta sudah tidak banyak mengandung sampah karena sudah melalui proses pembersihan di sub terminal Agro.

Rencana pembangunan sub terminal agrobisnis berada di wilayah Kecamatan Balaraja. Luas lahan yang tersedia seluruhnya sekitar 85 Ha, yang saat ini siap untuk dibangun sekitar 50 Ha, tanah milik PT ABC, yang sudah disepakati bersama dengan pemerintah daerah untuk dijadikan Sub Terminal Agrobisnis.

Kecamatan Balaraja sangat strategis, dipilih menjadi lokasi pembangunan sub terminal agro, selain lokasinya yang relatif strategis, mudah dijangkau dari berbagai arah dan berada pada jalur lintas Jawa-Sumatra, juga di lokasi tersebut telah tumbuh berbagai sarana dan prasarana ekonomi yang secara tidak langsung dapat bersinergi terhadap rencana pembangunan Sub Terminal Agro di Balaraja.

Adapun sarana dan prasarana tyang telah tersedia di lokasi tersebut antara lain adalah kawasan pergudangan, kawasan industri, pasar sayur-mayur tradisional, rumah potong hewan, pusat pertokoan dan perbankan dan lain-lain.

C. Pergudangan

Peluang investasi lain yang bisa dikembangkan ialah di bidang pergudangan. Hal ini berkaitan dengan posisi geografis wilayah daerah Tangerang yang berbatasan dengan ibukota Jakarta sehingga daerah ini memiliki daya tarik sebagai alternatif lokasi pengembangan investasi untuk kegiatan pemukiman, industri dan pergudangan.

Kegiatan industri di Kabupaten Tangerang diarahkan pada suatu kawasan industri dengan mencadangkan lahan seluas 3.000 hektar bagi kawasan industri dan 4.500 hektar bagi zona industri yang tersebar di tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Cikupa, Balaraja, Tigaraksa, Cisoka, Pasar Kemis, Legok dan Serpong.

Sejalan dengan kegiatan industri diperlukan adanya gudang untuk menyimpan bahan baku atau hasil-hasil produksi yang belum sempat dipasarkan. Dengan melihat perkembangan dan pertumbuhan bisnis di Kabupaten Tangerang, usaha pergudangan baik melalui usaha pembangunan kawasan pergudangan maupun usaha penyewaan ruang.

Pemerintah kabupaten Tangerang telah mencadangkan lahan sebagai kawasan pergudangan di Balaraja dan Kosambi. Selain di lokasi tersebut pada zona industri juga dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan penunjang industri yang salah satunya sebagai kawasan pergudangan. Zona industri tersebar di tujuh kecamatan. Kecamatan Balaraja, Tigaraksa, Cikupa, Pasar Kemis, Cisoka, Legok, dan Serpong. Wilayah ini mempunyai prospek sebagai kawasan pergudangan. Selain dekat dengan Jakarta, dilalui jalan bebas hambatan, tidak rawan bencana, juga memiliki iklim yang baik dengan temperatur 23°C - 33°C dan dengan ketinggian tanah antara 0 - 85 m di atas permukaan laut.

Sedangkan lokasi kawasan pergudangan Balaraja dan Kosambi memiliki karakteristik lokasi yang berbeda. Balaraja berada di sebelah barat Kabupaten Tangerang dan Kosambi berada di sebelah timur. Kawasan pergudangan Balaraja memiliki akses jalur jalan Jakarta-Merak yang dapat ditempuh melalui jalan tol ataupun jalan arteri. Sedangkan kawasan pergudangan Kosambi memiliki akses menuju Bandara Soekarno-Hatta.

Untuk menunjang kegiatan kawasan pergudangan telah tersedia sarana dan prasarana penunjang yang antara lain jaringan telekomunikasi, listrik, kantor polisi, terminal peti kemas, pelabuhan tanjung priok atau pelabuhan penyeberangan Merak-Bojonegoro, Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Rata-rata luas kavling gudang 500 m2 dengan luas bangunan gudang sekitar 300 m2 hingga 400 m2. Harga yang ditawarkan untuk satu unit gudang siap pakai berkisar antara Rp 300 juta hingga Rp 500 juta.

Perusahaan pengembang yang melakukan pembangunan kawasan pergudangan di kecamatan Kosambi terdapat 5 perusahaan dengan sisa lahan siap jual seperti dapat dilihat pada tabel di bawah. Sedangkan lokasi kawasan pergudangan di Balaraja dan pemanfaatan zona industri seluas 4.500 hektar masih menunggu investor yang berminat untuk memanfaatkannya.

Pergudangan

No	Perusahaan	Luas Lahan (Ha)
		Total	Terbangun	Terjual	Tersisa
1	PT Parung Harapan	60	40	40	20
2	PT Agusindo	20	20	20	-
3	PT Bangun Kosambi	20	10	10	10
4	PT Salembaran Jati Mulya	40	5	5	35
5	PT Nuralti Cermin	30	5	5	25

Luas Lahan Milik Perusahaan Pengembang di Kosambi
 

D. Kawasan Industri

Bagi para industriawan, dalam menentukan lokasi pembuatan pabrik, ditentukan oleh beberapa pertimbangan. Antara lain, memiliki lokasi yang strategis dengan harga yang murah, juga atas pertimbangan tersedianya tenaga kerja atau dekat dengan pasar. Kabupaten Tangerang yang letaknya bersebelahan dengan ibukota negara memiliki semua kriteria tersebut. Harga tanah sebagai lokasi industri relatif masih murah, memiliki banyak sumber tenaga kerja, dan dekat dengan kota Jakarta sebagai pusat distribusi.

Berdasarkan Tata Ruang Kabupaten Tangerang, kegiatan industri diarahkan pada kawasan industri dengan mencadangkan lahan seluas 3.000 hektar dan zona industri seluas 4.500 hektar yang tersebar di tujuh kecamatan yaitu kecamatan Cikupa, Balaraja, Tigaraksa, Cisoka, Pasar Kemis, Legok dan Serpong. Kawasan industri merupakan lahan yang dipersiapkan untuk menampung kegiatan industri agar dampak negatif bagi lingkungan dapat lebih mudah dikendalikan.

Sedangkan bagi industriawan, membangun industri di dalam suatu Kawasan Industri adalah terjaminnya infrastruktur yang diperlukan bagi kegiatan industri seperti jaringan telepon, air bersih, gas, instalasi pengolahan limbah, jaringan jalan baik yang telah ada maupun yang masih dalam perencanaan.

Lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan industri Kabupaten Tangerang terdapat di 7 Kecamatan: Kecamatan Cikupa, Balaraja, Tigaraksa, Cisoka, Pasar Kemis, Legok dan Serpong. Perinciannya: di Kecamatan Balaraja ada tujuh desa sebagai kawasan industri, antara lain Desa Cangkudu, Gembong, Pasir Muncang, Sentul, Sukamuni, Telagasari dan Tobat. Di Kecamatan Cikupa juga terdapat tujuh Desa: Desa Bojong, Budimulya, Pasir Gadung, Peusar, Sukanegara, Talaga dan Talagasari. Di kecamatan Cisoka, ada dua lokasi, Desa Cirarab dan Bojong Kamal. Di kecamatan Pasar Kemis ada satu lokasi di desa Pasar Kemis. Di Kecamatan Serpong ada tiga lokasi yaitu di Setu, Buaran dan Ciater, dan di kecamatan Tigaraksa ada lima lokasi yaitu di desa Cisereh, Pasir Bolang, Pematang dan desa Tegalsari.

Semua lokasi Kawasan industri ini sangat strategis karena sebagian besar berlokasi di dekat Jalan Raya Serang dan tol Jakarta-Merak dan jalur tol Tigaraksa-Serpong.

E. Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)

Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusak dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan karakteristiknya. Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi:

• Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
• Limbah B3 dari sumber spesifik;
• Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan bekas kemasan, dan buangan produk yang tidak memiliki spesifikasi.

Karakteristik limbah B3 adalah mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif. Limbah lain yang apabila diuji dengan metode toksikologi memiliki LD50 di bawah nilai ambang batas yang telah ditetapkan berdasarkan PP Nomor 18 Tahun 1999 juga termasuk ke dalam golongan limbah B3.

Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkatan, pemanfaata, pengolahan dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3, serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali.

Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan atau mengurangi sifat bahaya atau sifat racun. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi dan solidifikasi, secara fisika, kimia, biologi, atau cara lainnya sesuai dengan perkembangan teknologi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, setiap orang atau badan dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke dalam air, tanah atau udara, dan penghasil limbah diwajibkan mengolahnya dan apabila tidak mampu mereka wajib menyerahkan limbah B3 yang dihasilkan kepada pengelola limbah B3. Bagi yang tidak mempunyai pengolah limbah, perusahaan diperbolehkan menyimpannya sampai batas waktu 90 hari sebelum diserahkan kepada pengolah limbah.

Dengan banyaknya industri yang beroperasi di wilayah Tangerang maupun di wilayah Propinsi Banten, limbah yang dihasilkan khususnya pada limbah yang termasuk dalam golongan limbah B3 jika proses pembuangannya dikelola secara profesional selain dapat mengantisipasi masalah lingkungan juga merupakan peluang investasi yang sangat menguntungkan.

Pengolahan limbah B3 di Kabupaten Tangerang memiliki daerah layanan berskala regional Banten dengan jenis limbah yang berasal dari industri dengan kategori spesifik, limbah rumah sakit, dan limbah yang berasal dari IPAL individual dan IPAL gabungan. Berdasarkan perkiraan, volume limbah B3 yang berasal dari Kabupaten Tangerang mencapai 7000 ton pertahun, dengan perincian limbah B3 kimia 6000 ton dan limbah B3 rumah sakit 1000 ton.

F. Jalan Tol

Peluang investasi lain yang ditawarkan Pemerintah Kabupaten Tangerang ialah pembangunan jaringan jalan yang meliputi beberapa jaringan:

1. Jaringan jalan lingkar utara: memanjang mulai dari batas wilayah DKI - Kosambi - Teluk Naga - Mauk - Kronjo - Kabupaten Serang dengan kolektor primer Row 40 meter. Di wilayah selatan jalan ini nantinya dibuka jalur transportasi strategis yang menghubungkan wilayah Ciputat - Pamulang - Cisauk - Cisoka - Tigaraksa - Balaraja dan Kresek.
2. Jaringan jalan tol lingkar utara: merentang dari perbatasan DKI Jakarta - Kosambi - Teluk Naga - Mauk - Sukadiri - Kemiri - Kronjo - Kresek. Jalur ini akan menghubungkan dengan wilayah di kawasan wisata pantai terpadu serta pengembangan pelabuhan perikanan dan niaga di Pesisir Pantai Utara.
3. Jalan Bebas hambatan (jalan tol Jakarta-Merak, jalan tol Jakarta-Pondok Aren-Serpong) berfungsi sebagai penerus jaringan jalan lingkar selatan.
4. Selain itu, pemerintah daerah juga akan mengembangkan sistem jaringan jalan arteri sekunder dan jalan kolektor. Jaringan jalan arteri diprioritaskan pada ruas jalan Mauk-Rajeg-Pasar Kemis- Cikupa dengan Row 40 meter. Sedangkan sistem jaringan jalan kolektor Row 30 meter berfungsi untuk memperlancar jalur pendistribusian lalulintas yang melintas ke kawasan pemukiman.

Proyek ini meliputi: pertama, pembangunan jalan bebas hambatan baru yang menghubungkan jalantol yang sudah ada dengan pelabuhan laut yang diproyeksikan berlokasi di Pantai Kosambi.

Kedua, peningkatan jaringan jalan akses yang menghubungkan antar daerah penyangga DKI, dengan mengutamakan jalan akses antara daerah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang dengan daerah Jawa Barat bagian selatan (Bogor Priangan, dengan sebagian ruasnya melalui daerah Kabupaten Lebak).

Tujuannya agar daerah di wilayah Jawa Barat bagian selatan tersebut mempunyai jalur alternatif pelabuhan laut di samping Tanjung Priok, baik untuk angkutan barang maupun penumpang.

Pembangunan jalan tol tambahan ini mempunyai prospek yang bagus. Ruas jalan A, sangat potensial bila pembangunannya disinkronkan dengan proyek pelabuhan Kosambi. Jalan tol ruas A akan bermanfaat sebagai sarana transportasi komoditas barang dan penumpang yang berasal dari kawasan Tangerang dan sebagian Serang. Ruas jalan B, prospeknya sangat tergantung kepada pembangunan pelabuhan Kosambi.

G. Rumah Sakit

Tahun 2001, Kabupaten Tangerang memiliki jumlah penduduk 2,8 juta orang lebih merupakan pasar yang sangat potensial untuk mengembangkan industri kesehatan. Jumlah penduduk tersebut belum diimbangi dengan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang mencukupi. Hingga tahun 2001, Kabupaten Tangerang baru memiliki 7 Rumah Sakit (967 tempat tidur) 5 Puskesmas (45 tempat tidur), 35 Puskesman (tanpa tempat tidur).

Perkembangan Rumah Sakit khususnya Rumah Sakit swasta berkembang cukup baik. Dari 528 tempat tidur tahun 1999 menjadi 595 tempat tidur pada tahun 2002 atau bertambah 67 tempat tidur selama 2 tahun. Sedangkan rumah sakit pemerintah termasuk Puskesmas tidak mengalami pertumbuhan karena keterbatasan anggaran, baik yang berasal dari APBN maupun APBD.

Dengan memperhatikan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang sebesar 2,8 juta orang, sarana kesehatan yang ada serta berdasarkan standar yang ditentukan dimana setiap 1 tempat tidur untuk memenuhi 500 orang, untuk melayani kebutuhan tempat tidur diperlukan 5.600 padahal yang tersedia baru 595 tempat tidur, berarti masih kekurangan 5.000 tempat tidur atau 90,04% dari kebutuhan. Dengan demikian peluang pengembangan industri kesehatan masih sangat terbuka, seperti di sepanjang jalan tol, Kecamatan Pasar Kemis, Balaraja, Cikupa dan Tigaraksa.

H. Pelabuhan Laut

Pemerintah daerah juga sedang mengembangkan pelabuhan laut, diantaranya Pembangunan Pelabuhan Kosambi yang memiliki arti penting mengingat kondisi Pelabuhan di Tanjung Priok, pelabuhan terbesar di Indonesia untuk komoditi non-migas tidak sepenuhnya mampu menampung kegiatan bongkar muat. Demikian juga dengan beberapa pelabuhan lainnya di wilayah Ciganding, Merak dan Cirebon.

Peran pelabuhan Tanjung Priok hanya mampu rata-rata 5,6% dari total bongkar muat seluruh pelabuhan di Indonesia (termasuk migas). Sedangkan pelabuhan-pelabuhan di sekitarnya, Merak dan Ciganding hanya menyumbang 2,07%.

Untuk mengantisipasi ledakan kebutuhan jasa pelayanan pelabuhan di masa mendatang, serta kekurangmampuan pelabuhan-pelabuhan di Jakarta dan untuk mendukung peningkatan kebutuhan angkutan laut, Tangerang akan membangun pelabuhan sendiri di daerah Kecamatan Kosambi.